Ebook Islami selengkapnya Playstore
Postingan

Imam Maturidi dan Imam Asyari bukan Pembuat Akidah Ahlussunah Waljamaah

 


Nahdlatul Ulama bertekad untuk menjaga keberlangsungan akidah Ahlussunnah wal Jamaah yang diajarkan oleh Rasulullah dan diwariskan oleh para ulama salaf dan kholaf setelahnya. Sejarah mencatat bahwa pada abad kedua hingga empat Hijriah, munculnya Faham Mu'tazilah yang menjadi faham resmi negara dan menyebarluaskan keyakinannya dengan dukungan penguasa pada saat itu. Mu'tazilah dikenal sebagai neo qodariah karena memiliki konsep takdir yang serupa dengan qodaiyah. Beberapa keyakinan yang mereka anut antara lain:

  1. Akal manusia dapat menemukan kebenaran sendiri tanpa bantuan para Rasul.
  2. Kehendak Allah pasti dianggap baik menurut akal manusia.
  3. Mereka menolak konsep sifat-sifat Allah.
  4. Al-Quran dianggap sebagai makhluk.

Dengan dukungan pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Mu'tazilah memaksakan keyakinannya pada masyarakat, bahkan menekan para ulama untuk menerima ajaran mereka, dengan cara memenjarakan dan menghukum siapa pun yang menolak pemikiran mereka. Salah satu yang mengalami penindasan ini adalah Imam Hanafi yang dipenjarakan oleh mereka.

Setelah bertahun-tahun di bawah tekanan Mu'tazilah, muncul dua tokoh besar yang vokal dalam membela tauhid yang diajarkan oleh Rasulullah dan menentang argumen ulama Mu'tazilah. Mereka adalah Imam Abu Hasan al-Asy'ari dari Baghdad dan Imam Abu Mansur al-Maturidi dari Transoksania. Kedua tokoh ini merupakan ulama fikih terkemuka pada zamannya. Imam Abu Hasan al-Asyari berasal dari madzhab Syafi'i, sedangkan Abu Mansur al-Maturidi berasal dari madzhab Hanafi. Pada masa itu, umat Islam tidak memisahkan akidah dari fikih. Imam Hanafi sendiri menyebut akidah atau tauhid sebagai "al Fikhu al Akbar" (pengetahuan besar).

Kedua tokoh ini merumuskan tauhid atau akidah dengan dalil-dalil nash dan aqli yang kuat, dan membukukannya untuk menentang faham Mu'tazilah. Perlawanan ini bahkan mereka lakukan dengan debat terbuka di tempat umum. Kekuatan argumen kedua tokoh ini menyatukan para ulama dari empat madzhab di belakang mereka, yang memicu gerakan intelektual besar di seluruh negeri. Gerakan ini berhasil mengalahkan faham Mu'tazilah dan memaksa pemerintah untuk menarik dukungannya. 

Imam Asyari dan Imam Maturidi berjuang merumuskan Akidah Ulama` Salaf yang telah turun temurun diimani sejak masa Nabi Muhammad, dan para sahabat Nabi

Asy'ariyah berjuang melawan Mu'tazilah di Basrah, sedangkan Maturidiyah berjuang di Uzbekistan. Karena itu, Maturidiyah dan Asy'ariyah dianggap memiliki pandangan yang sama meskipun sedikit berbeda. Akhirnya, karena keberhasilan fenomenal kedua tokoh ini, para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah yang mendukung mereka dikenal sebagai Asy'ariyah (pengikut Abu Hasan al-Asy'ari) dan Maturidiyah (pengikut Abu Mansur al-Maturidi). Penting untuk dicatat bahwa akidah atau tauhid Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dirumuskan oleh Imam Asyari dan Imam Maturidi bukanlah ajaran baru. Mereka hanya menguatkan dan membela tauhid yang telah diajarkan oleh Rasulullah, para sahabat, dan ulama salafus solih. Imam Tajuddin as-Subky (771 H) menegaskan bahwa Abu Hasan tidak menciptakan pendapat baru atau mazhab baru, tetapi hanya mengikuti akidah ulama salaf dan membela ajaran yang diyakini oleh para sahabat. Oleh karena itu, mereka yang mengikuti pemikiran dan bukti-bukti mereka disebut sebagai Asy'ariyah.

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.