Pemahaman
mengenai sikap kemasyarakatan Nahdlatul Ulama dapat terlihat melalui isi
Khittah Nahdlatul Ulama, terutama pada poin keempat. Sikap kemasyarakatan ini
berperan sebagai panduan bagi para pemimpin dan anggota Nahdlatul Ulama dalam
berperilaku dan bersikap, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam konteks
organisasi.
Bentuk sikap
kemasyarakatan NU ada empat, yaitu: (1) Tawasuth wa I`tidal, (2) tasamuh,
(3) tawazun dan (4) amar ma`ruf nahi mungkar
Sikap Tawasuth dan I`tidal
Tawassuth,
sebuah konsep yang berarti berada di tengah-tengah, mengandung makna
menempatkan diri di posisi seimbang antara dua ujung tatharruf (ekstrim) dalam
berbagai situasi dan kondisi. Tujuannya adalah mencapai kebenaran tanpa
terjerumus ke kiri atau ke kanan secara berlebihan. Sikap tawassuth ini harus
disertai dengan I'tidal, yang berarti tegak lurus atau berlaku adil, tanpa
memihak kecuali pada kebenaran yang seharusnya dibela.
Warga
Nahdlatul Ulama, baik secara individu maupun sebagai bagian dari organisasi,
diwajibkan untuk menjunjung tinggi sikap tawassuth dan I'tidal. Hal ini harus
menjadi pedoman dalam setiap langkah mereka, baik dalam menghadapi berbagai
masalah maupun situasi. Ketika menghadapi suatu permasalahan, Nahdlatul Ulama
dan warganya harus mempertahankan netralitas, tidak memihak pada salah satu
pihak, tidak membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain, serta tidak
condong kepada satu sudut pandang sambil meninggalkan yang lain.
Allah SWT.
berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا
قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا
ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Allah dalam
surat Al-Ma'idah ayat 8 ini menegaskan pentingnya berlaku adil dalam setiap
aspek kehidupan. Believers diminta untuk selalu menegakkan kebenaran dengan
adil, tanpa dipengaruhi oleh kebencian atau kecintaan terhadap suatu kelompok.
Berlaku adil, baik dalam urusan agama maupun dalam hubungan antar manusia,
dianggap sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah.
Nabi
Muhammad SAW bersabda:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ
عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ
وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ
وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang tegak di
sisi Allah akan ditempatkan di atas tempat tinggi dari cahaya tuhan yang maha
pengasih. Mereka itulah orang-orang yang berlaku adil dalam keputusannyadan
tidak bergeser dari keadilannya. (HR. Muslim dan Nasaì)
Hadits ini menegaskan
bahwa orang-orang yang berlaku adil akan mendapatkan tempat yang tinggi di sisi
Allah. Mereka gigih dalam mempertahankan keadilan mereka, tidak tergoyahkan
oleh rayuan atau sogokan. Kesetiaan pada keputusan yang didasarkan pada
hukum-hukum Allah akan memberikan mereka kehormatan dan penghargaan.
Dalam
konteks keputusan organisasinya, Nahdlatul Ulama harus mematuhi prinsip
tawassuth dan I'tidal. Meskipun mendukung warganya yang mencalonkan diri
sebagai kepala daerah, organisasi ini tetap harus bersikap netral dan tidak
terlibat dalam politik praktis. Warga Nahdlatul Ulama yang berpartisipasi dalam
pemilihan harus melepaskan diri dari kepengurusan organisasi, tetapi tetap
diakui sebagai warga Nahdlatul Ulama. Organisasi ini juga tidak akan membimbing
warganya untuk mendukung calon tertentu, melainkan memberi kebebasan pada warga
untuk memilih.
Sikap
tawassuth dan I'tidal juga harus dijunjung tinggi dalam kehidupan pribadi warga
Nahdlatul Ulama. Sebagai contoh, ketika seorang siswa berhadapan dengan
permasalahan di antara teman-temannya, ia harus bersikap adil, tidak memihak,
dan berusaha menegakkan kebenaran. Prinsip-prinsip ini sebaiknya dibiasakan
sejak dini, sehingga saat dewasa, seseorang akan menjadi individu yang memiliki
sikap yang luhur dan dapat dijadikan contoh oleh orang lain, mendapatkan posisi
yang terhormat, dan dihormati oleh masyarakat.
Sikap Tasamuh
Tasamuh, atau saling memahami, mengandung makna
sikap toleransi yang mencerminkan keteguhan hati, pengertian, dan penghargaan
terhadap pendirian dan kepentingan orang lain tanpa mengorbankan prinsip dan
harga diri sendiri. Orang yang bersikap tasamuh meyakini bahwa pandangan dan
tindakannya adalah benar, namun tetap sadar bahwa orang lain dengan pendirian
berbeda tidaklah salah.
Prinsip
tasamuh harus dijunjung tinggi oleh warga Nahdlatul Ulama, baik secara individu
maupun sebagai komunitas. Mereka harus bersedia berbeda pendapat, baik dalam
konteks keagamaan maupun masalah sosial dan budaya. Tidak boleh ada pemaksaan
pendapat kepada orang lain, dan mereka harus siap jika pendapatnya tidak
diikuti oleh yang lain. Namun, sebaliknya, mereka juga tidak harus mengikuti
pendapat orang lain kecuali jika ternyata lebih baik dan benar dari pendapat
mereka sendiri.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا
مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّنْ نِّسَاءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ
وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰىِٕكَ
هُمُ الظّٰلِمُوْنَ تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ
يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah
banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada
Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok)
perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik
daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan
saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah
orang-orang zalim.
Allah dalam
surat Al-Hujurat ayat 11-12 ini menegaskan larangan terkait dengan interaksi
manusia sehari-hari, seperti mengolok-olok, mencela, dan menggunjing.
Larangan-larangan ini pada dasarnya mengajarkan untuk memiliki hati yang
lapang, tidak merendahkan orang lain, dan mudah memberi maaf. Hadits juga
menekankan bahwa sikap tasamuh tidak berarti mengalah atau mengorbankan prinsip
diri, melainkan memberikan kesempatan kepada orang lain tanpa kehilangan hak
sendiri.
Nabi
Muhammad SAW. bersabda:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ الله قَالَ رَحِمَ اللهُ رَجُلًا
سَمْحًا اِذَا بَاعَ وَاِذَا اشْتَرَى وَاِذَا اقْتَضَى
Artinya: diriwayatkan
dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah SAW. bersabda mudah-mudahan Allah
merahmati hambanya yang berlaku mudah (lapang dada) saat menjual, membeli dan
menagih hutang
Hadits ini menggambarkan betapa mulianya sikap
tasamuh di sisi Allah SWT.
Organisasi
Nahdlatul Ulama selalu mengedepankan sikap tasamuh dalam keputusan dan aktivitasnya.
Mereka memahami perbedaan tetapi tetap berpegang pada ajaran Ahlussunnah wal
Jamaah. Sama halnya dengan para Kiai dan pemimpin Nahdlatul Ulama yang selalu
menghormati pendapat ulama lain, bahkan dalam perbedaan pandangan seperti
masalah kentongan.
Perbedaan
pendapat tentang kentongan pernah terjadi antara Kiai Hasyim Asy'ari dengan
Kiai Faqih Maskumambang, Karena Kiai Hasyim berpendapat bahwa kentongan itu
bid'ah, maka saat Kiai Hasyim akan berkunjung ke Kiai Faqih, Kiai Faqih
menginstruksikan semuamasjid untuk melepas kentongarinya, demi menghormati
pendapat Kiai Hasyim.
Bagi
pelajar, sikap tasamuh harus ditanamkan sejak dini. Mereka harus terbiasa
berdiskusi dengan tertib, memahami perbedaan pendapat, dan berusaha mencari
solusi yang menyatukan berbagai pandangan. Memiliki kemampuan memaafkan
kesalahan dan kesulitan teman juga menjadi bagian dari sikap tasamuh. Dengan
begitu, interaksi sehari-hari akan penuh kedamaian dan ketentraman.
Membiasakan
sikap tasamuh sejak usia dini membawa dampak positif saat dewasa. Individu
tersebut akan terbiasa memahami orang lain, menciptakan tatanan kemasyarakatan
yang tertib, dan mencapai kehidupan yang damai.
Sikap Tawazun
Tawazun ( توازن)
atau saling menimbang. Artinya keseimbangan memperhatikan
dan memperhitungkan berbagai faktor, berusaha memadukan secara
proporsional. Tawazun dalam kehiupan sehari-hari diterapkan dengan mempertimbangkan
segala aspek secara proporsional sebelum memutuskan atau
melaksanakan sesuatu.
Nahdlatul Ulama dan seluruh wargnya
baik secara organisasi atau pribadi-pribadi selalu berusaha menerapkan sikap
tawazun ini dalam segala bidang. Nahdlatul Ulama dalam menetapkan
keputusannya, baik yang berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan
atau masalah kemasyarakatan, selalu mernpertinbangkan berbagai faktor
yang melatarbelakangi permasalahan itu. Warga
Nahdlatul Ulama pun demikian, sikap tawazun diharapkan mernpengaruhi segala
bidang kehidupannya. Karena hal ini merupakan kunci keberhasilan dan kernantapan.
Dengan menerapkan sikap tawazun maka
seseorang akan selalu berhati-hatí tetapi tidak takut, sehingga tidak akan
terjebak dalam kesulitan atau permasalahan yang lebih rumit lagi. Tawazun tidak
boleh diartikan secera negatif, sehingga nenjadi hambatan dari berbagai
aktifitas, Tetapi harus dimaknai secara positif, sehingga menjadi rambu dan
penunutun kepada kemudahan dalam menjalankan aktifitas
Allah SWT
berfirman dalam surat al Hujarat ayat 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Artinya: Wahai
orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita
penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum
karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.
Ayat ini secara jelas memberi
petunjuk, bahwa segala informaasi yang masuk sebelum
seseorang melangkah atau memutuskan, maka hendaknya dikaji kebenaran
informasi itu. Dengan demikian seseorang tidak akan terjebak pada
suatu keadaan yang menyebabkan seseorang itu menyesal.
Nahdlatul Ulama dalam menetapkan
segala ketetapannya selalu mempertimbangkan terlebih dahulu segala aspek yang
melatarbelakangi masalah itu. Setiap bahtsul masail dalam menetapkan suatu
hukum. Nahdlatul Ulama mengkaji berbagai pendapat para ulama, di samping
mempertimbangkan kuat tidaknya 'pendapat itu, juga dipertimbangkan aspek
maslahah dan mafsadahnya. Dengan demikian hukum yang ditetapkan akan
benar-benar membawa maslahah bagi kehidupan bersama.
Sikap tawazun ini juga harus bisa
diterapkan oleh setiap orang khususnya warga Nahdlatul Ulama dalam kegiatannya
sehari-hari. Umpama seorang pelajar yang memutuskan utnuk mlanjutkan sekolah,
maka perlu terlebih dahulu mempertimbangkan segala faktor yang berhubungan
dengan kelanjutan sekolah. Apa tujuan utama dari kelanjutan sekolah itu.
Bagaimana kualitas sekolah yang akan dimasuki. Bagaimana kemampuan orang tua.
Dan sebagainya, sehingga dalam belajar selanjutnya benar-benar bisa
menjadi jaminan kwalitas anak didik di masa yang akan datang.
Meskipun tawazun harus selalu mempengaruhi
sikap sseorang. tetapi tidakboleh menjadi hambatan dalam berbagai aktifitasnya.
Seseorang harus tetap berfikir positif. tawazun harus bisa menjadi
pendorong untuk maju dan manyongsong masa depan. Sikap yang demikian
harus bisa ditumbuhkan sejak usia muda sehingga kelak
menjadi manusia yang bisa diharapkan pada masanya.
Amar Ma`ruf Nahi Mungkar
Amar Ma`ruf
Nahi Munkar artinya mengajak kepada kebaikan dan mencegah akan
kejelekan. Maksudnya mengajak mendorong perbuatan-perbuatan baik yang
bermnanfaat bagi kehidupan duniawi dan
ukhrowi, serta menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak,
merendahkan, dan menjerurmuskan nilai-nilai kehidupan.
Amar makruf nahi munkar harus
menjadi sikap keseharian Nahdlatul Ulama dan warganya
baik secara organisasi maupun pribadi-pribadi. Amar makruf nahi munkar juga
harus menjadi gerakan yang terus menerus dalam segala aspek kehidupan, dan di
manapun berada, Ketetapan dan aktifitas Nahdlatul Ulama selalu didasari dengan
amar makruf nahi munkar. Begitu pula warga Nahdlatul
Ulama dalam ucapan dan tingkah lakunya juga bernafaskan amar makruf
nahi munkar.
Pelaksanaan amar makruf nahi munkar
ini harus didasari dengan tawassuth T'tidal, tasarhuh, dan tawazun.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan tidak boleh
sekehendaknya sendiri, apalagi memaksakan kehendak. Tetapi harus melihat
situasi dan kondisinya. Menggunakan cara dan metode yang
tepat, dan mempertimbangkan segala aspek yang ada.
Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 125:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ
رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ
اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَهُوَ
اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.
Ayat ini mengandung pelajaran, bahwa
Allah memerintahkan untuk selalu ber-amar makruf nahi munkar.
Kemudian dijelaskan pula beberapa cara ber-amar makruf
nahi munkar dengan melihat berbagai hal yang melatarbelakanginya dan juga
sasarannya. Sehingga ajakan kepada jalan Allah itu benar-benar
bisa diterima.
Nahdlatul Ulama selalu mengedepankan
sikap amar ma'uf nahi munkar dalam seluruh kegiatannya, utamanya yang
bersinggungan langsung dengaan masyarakat. Artinya seluruh kegiatan organisasi
diupayakan untuk mendorong masyarakat menjadi lebih
baik, dan mencegah masyarakat untuk berbuat kejelekan.
Kegiatan simpan pinjam yang
dibiasakan dilakukan oleh Nahdlatul Ulama, atau
organisasi keluarganya di tingkat ranting, selalu dilandasi dengan sikap amar
ma'ruf nahi munkar. Amar ma'ruf artrinya mengajak masyarakat untuk meningkatkan
ekonomi dan taraf hidup masyarakat dengan memberikan modal.
Karena dengan pemberian pinjaman yang mudah dan lunak, akan menjadikan
usaha masyarakat semakin cepat untuk maju dan berkembang lebih
baik, tanpa banyak hambatan.
Dalam pergaulan sehari-hari, apapun kedudukan seseorang, baik sebagai pedagang, petani, pegawai, guru, murid dan sebagainya dalam pergaulan sehari-hari harus selalu mengedepankan sikap amar ma'ruf nahi munkar. Pada saat jual beli umpamanya, si penjual mempersilakan pembeli untuk memilih, agar pembeli merasa puas, harga pun ditentukan sampai ada kesepakatan bersama. Hal ini bisa mendorong baik penjual maupun pembeli untuk selalu berbuat baik, dan terhindar dari kejelekan. Sikap amar ma'ruf nahi munkar inilah harus selalu dikedepankan pada aspek dan aktifitas yang lain. Soni